Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Sultan Sulaiman Rahmatullah, mendapat gelar Sultan Muda atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Dibantu oleh adiknya yaitu Pangeran Mangku Dilaga/Pangeran Ismail dengan gelar Ratu Anom Mangku Dilaga/Ratu Anom Ismail sebagai mangkubumi (dihukum bunuh karena merencanakan kudeta), Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan raja-raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut. Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris, tetapi Inggris melepaskan kekuasaannya di Banjarmasin. Kemudian Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya.
Sultan Sulaiman bin Sultan Tahmidillah adalah Raja Banjar ke-19 menurut zaman Hindu atau Sultan Banjar ke-11 menurut zaman Islam.
Sultan Sulaiman Rahmatullah memerintah sejak tahun 1808-1825 M, selama kurang lebih 17 tahun. Kesultanan Sulaiman juga tidak diakui oleh Belanda sebagai Sultan Banjar 11. Malah pihak Belanda memaksa beliau untuk menebus perjanjian antara Wiranata (Sultan Sulaiman Saidullah) dengan Belanda.
Pada tanggal 9 September 1809, Sultan Sulaiman menyerahkan intan miliknya 26 Karat ditaksir sekitar sekitar Fl 50.000 atau setara dengan 25.000 real kepada utusan khusus Gubernur Jenderal Belanda di Batavia (HW Daendels) sebagai alat penukar untuk mengambil alih kepemilikan atas benteng-benteng Belanda yang ada di Pulau Tatas (Banjarmasin) dan di Pantai Tabonio (Syamsuddin, 2001:82).
Pusat pemerintahan atau Keraton Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan beliau dipindahkan ke Karang Anyar Karang Intan, namun menurut pendapat masyarakat disini Letak Keraton di Desa Sungai Basar sebelum Desa Bi'ih dengan Nama "Karang Keraton".
Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1825 M dan dimakamkan di Desa Lihung Kecamatan Karang Intan, sampai saat ini makam beliau tetap terpelihara oleh Masyarakat disana terletak sekitar 20 meter di pinggir sungai Karang Intan, dulu kubah makam beliau berbentuk Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi sekarang dibuat beton dengan bentuk kubah mesjid disini banyak orang menyebut makam beliau makam Datu Keramat.
Di Desa Lihung sekitar kubah beliau banyak terdapat Rumah-Rumah Adat Banjar yang masih dapat dilihat bila melewati desa ini yaitu Rumah Adat Banjar Balai Bini yang berada di dekat samping makam Sultan Sulaiman dan Rumah Adat Palimasan dempet dua (Palimasan Kambar), menurut cerita orang tua disana dulunya banyak terdapat Rumah Adat disana tetapi karena terjadi kebakaran di tahun 1970an banyak menghanguskan rumah-rumah disana. Sekarang di Karang Intan berdiri Madrasah Aliyah yang menggunakan nama beliau yaitu Madrasah Aliyah Sultan Sulaiman.
Sumber : Di kutip dari thread akun Rusman Suryanata Effendi
https://www.facebook.com/Rusman.eff/posts/996867550337023:0